Komisi Pemberantasan Korupsi memberikan penghargaan kepada siswa-siswi SMAN 3 Kota Yogyakarta karena berani melaporkan penyebaran bocoran soal ujian nasional di Internet. Rombongan Deputi Bidang Pencegahan menemui enam perwakilan siswa pada Rabu pagi, 22 April 2015. KPK kemudian menyerahkan plakat piagam dan pin bertuliskan “Jujur itu hebat” kepada para siswa dan Kepala SMAN 3 Yogyakarta.
Staf Fungsional Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat Deputi Bidang Pencegahan KPK Pauline Arifin mengatakan lembaganya mengapresiasi keberanian dan kejujuran para siswa SMAN 3 Kota Yogyakarta. “Mereka punya kesempatan untuk memakai bocoran, tapi memilih tidak menggunakannya,” kata Pauline.
Dia menilai sikap para siswa SMAN 3 Kota Yogyakarta tersebut merupakan bentuk aksi kejujuran yang menjadi dasar dari sikap antikorupsi. Apalagi kejujuran dalam melaksanakan UN diikuti dengan keberanian menyuarakan secara lantang mengenai adanya bocoran yang menyebar kepada banyak siswa.
Apresiasi KPK terhadap kejujuran siswa-siswa SMAN 3 Kota Yogyakarta, menurut Pauline, merupakan upaya mendorong semakin banyak orang yang berani mengkampanyekan sikap berintegritas. KPK juga bermaksud memberikan penghargaan bagi para guru sekolah itu karena telah berhasil mendidik siswanya menjadi figur yang jujur. “Jujur sendiri kalau dipendam belum tentu hebat, tapi ini jujur berjemaah dan menyuarakannya,” ujarnya.
Salah satu siswa peserta UN di SMAN 3 Kota Yogyakarta, Muhammad Tsaqif Wismadi, mengaku gerah sejak mengetahui ada bocoran soal UN menyebar begitu saja di Internet sejak sehari sebelum UN berlangsung. Dia berpendapat bahwa penyebaran bocoran soal UN merugikan banyak siswa yang sudah menghabiskan waktu dan biaya orang tuanya untuk belajar. “Kami tak bisa diam,” tuturnya.
Setelah mengetahui ada kemiripan isi soal bocoran dengan materi UN yang asli, menurut Tsaqif, dia dan teman-temannya sepakat melaporkan kasus ini ke sekolah setelah ujian hari pertama berlangsung. Secara diam-diam, dia juga mengirim laporan mengenai kasus ini ke e-mail resmi UGM pada Senin sore. Kebetulan dia adalah peserta Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) UGM yang memilih jurusan Teknik Perencanaan Kota.
Pada hari ketiga ujian, materi surat laporan milik Tsaqif tersebar di media sosial. Tsaqif tidak tahu siapa penyebarnya. Dia kemudian ditemui sejumlah wartawan pada hari itu. “Besoknya, pagi-pagi, ratusan pesan ancaman masuk ke ponsel saya lewat Line dan WhatsAap,” dia mengungkapkan.
Tsaqif tidak mengenal pengirim ancaman dan tidak tahu siapa penyebar nomor ponselnya. Namun, menurut dia, mayoritas pengirim ancaman ialah siswa-siswa SMA. “Ada yang tanya alamat rumah saya karena mau dibom molotov,” kata Tsaqif.